Jumat, 20 Januari 2023

Pengagum rahasia

Pengagum  Rahasia

Malam itu sedingin malam ini. Rintik gerimis juga menyapa sekaku ini. Tapi, aku tersenyum saja. Kilat-kilat menantang di pusara langit tak menyiutkan nyaliku untuk beranjak kekampus, menembus gerimis yang beku.

               Ehm, luruskan niat..” tersenyum-senyum Zaki mendahului langkahku. Jaket kulit lawasnya di gunakan untuk melindungi dirinya dari gerimis hujan yang turun. Aku tergagap, dan segera menjajari langkahnya.

“Ahh, bisa saja.” Wajahku pias meranum merah muda tak berani menatap zaki yang rupanya telah memegang “kunci”ku.

Aku sungguhan lo Wan. Kata Zaki, innamal a’maalubinniyyaat. Segala perbutan itu tergantung niatnya. Lalu, membaca hadits tentang  niat itu secara full. Gitukan haditsnya?

Astagfirullah….ihh ngeselin banget sih Zaki,gerutu Hadwan dalam hati. Merusak mood banget.

Oh, lima detik. Zaki mendahului langkahku lima meter di depan. Aku berbalik arah menuju kamar kosku menembus udara yang kian dingin di balut butir-butir gerimis.

Zaki baru meyadari kepergianku setelah sepuluh detik kemudian. Lalu, berbalik berteriak keras memanggilku “Hadwan mau kemana?!..” aku hanya berbalik sejenak melambaikan tangan kepadanya lalu meneruskan langkahku.

Aku tak jadi mengikuti kajian yang di adakan di kampus  pada malam tersebut. Ketika  pulang, Zaki memasang  tampang cemberut, masambenar. Aku pura-pura tak melihatnya dan tetap melanjutkan mengerjakan tugas kuliahku.

Lima menit kemudian, karena sudah tidak tahan lagi zaki menggulirkan cecaran kalimat-kalimat kesalnya. Aku mengangkat muka berusaha mengambil pulpen yang berhasil di rebut Zaki daritanganku.

Kenapa?!  Kamu marah karena aku mengingatkanmu?!  Kamu marah karena sahabatmu ini terus menasehatimu?! Kau..”

Hadwan menggeleng geleng sambil terus berusaha mengambil pulpen dari tangan zaki.

“Tidak,tidak..”

Tapi, kenapa kamu pulang,kenapa tidak ikut kajian rutinan? Kamu marah? Sambil melempar pulpen yang di pengang kea rah kasur dan memutusakan tidur di ruang tamu,tak bicara denganku hingga esok harinya.

Hadwan melongo, terdiam berdiri di tempatnya.mengapa justru dia yang marah?.

***

Keesokan harinya, ternyata zaki masih marah. Akhirnya, aku mencari cara agar zaki tidak lagi marah.karena aku tidak tahan berdiam diri lama-lama dengan siapa pun terutama sahabatku.

Dimalam harinya ku temui zaki yang sedang berbaring menghadap tembok pura-pura tidur, kukibaskan nasi goreng kesukaannya di dekat mukanya.zaki menggeliat, sedikit. aku tersenyum.  dan kembali kukibaskan nasi goreng itu lebih kenceng.

Aku baru dapat honor aku traktir kamu ya malam ini. Kataku

Zaki tak bereaksi.tapi, setidaknya mukanya tidak semasam kemarin malam. Akhirnya, malam itu zaki dan hadwan berbaikan.

***

Di kampus, kegiatan festival islamic yang akan diadakan dua bulan lagi oleh lembaga dakwah kampus(LDK) dan Hadwan yang di angkat sebagai ketua pelaksana kegiatan. Tiba-tiba ingin mengundurkan diri.

Dengan langkah memeburu. hadwan kemabali ke kamar kos nya menemui sahabatnya zaki, ia menarik zaki yang sedang terpaku di depan kumpulan cerpen terbaruku.

Zaki menatapku kebingungan.

“Zaki kamu harus membantuku,” ucap hadwan dengan napas tersengal.

Zaki belumbertanya apapun,aku pun kembali meneruskan kata-kataku. “kau harus menggantikanku sebagai ketua pelaksana diacara festival islamic nanti.”

Zaki terbelalak.

“kenapa?!”

“Pokoknya kamu harus gantikan aku!”

Titik. Hadwan  yang bagai tidak mau tahu keadaan zaki yang bersedia atau tidak, tidak peduli pada segenap kebingungannya.dan tak menjelaskan apa-apa. Aku langsung menuju ke kamar mandi mengambil air wudhu dan segera melaksanakan sholat sunnah dhuha. Bedzikir dengan khusyuk diatas sajadah.

Setelah sholat, hadwan membaca surat proposal pengajuan dana yang diberikan zaki. Proposal yang sudah tersusun rapi, dan rencana akan segera di bagikan ke beberapa sponsor.

“aku tidak berpengalaman soal beginian,” keluh zaki sambil membolak balikkan proposal yang sudah diberikan kepada hadwan lima menit yang lalu. Dan aku tidak pernah manjadi ketua pelaksana sebelumnya terlebih lagi ini untuk acara yang besar. Kata zaki kembali mengeluh

Pada pertemuan siang tadi hadwan sudah mengajukan pengunduran diri ke ketua LDM akh Koko. Meski berat, dia menerimanya.

Zaki yang bagai tertimpagunung terbesar akhirnya resmi menjadi ketua pelaksanayang baru, menggantikan posisiku. ia kembali mengeluh dan aku berusaha menasehatinya. “amanah itu jangan di cari.tapi bila amanah datang jangan lari.”

Zaki segera menatapku dengan tatapan yang seram,lalu menarik sebelah telingaku. “lantas apa bedanya denganmu? Melepaskan amanah ini.”

“aku punya alasan, kontarakku dengan penerbit butuh perhatian bulan-bulan ini. Kata hadwan yang mencoba memberi alasan karena profesinya sebagai penulis.

Zaki meletakkan proposal diatas meja,terus mencengkeramku.

“jangan mencoba beralasan denganku aku tahu alasan kamu sebenarnya.”tatapan zaki begitu tajam. ternyata zaki bisa membaca lembaran-lembaran catatan rahasia yang telah aku simpan pada lorong-lorong hatiku.

“Bukankah kau yang bilang innamal a’maalu binniyaat? Aku takut niatku terkotori dengan berada di kepanitiaan yang sama dengannya. Dan karena alasan ini pula aku membatalkan untuk ikut kajian malam tempo lalu.”

“aku takut niatku tak lurus, bukan lagi karena Allah,tapi karena ada dia,” suaraku melemah.

***

Hasya…

Wanita sholihah yang aku tak sengaja bertemu dengannya di sudut pertigaan jalan, kami tak sengaja bertabrakan. Cukup keras yang membuat plastic yang berisi buku iqro yang di bawah jatuh berhamburan di jalan raya. saat itu hujan cukup deras, sehingga banjir ada di mana-mana.

“astagfirullah” lirihnya

“Maaf mas” katanya sambil menangkupkankedua tangannya di depan muka,sambil menunduk.

Aku pun menunduk membantunya memungut barang-barangnya yang jatuh. Dan menyerahkannya sambil berucap bukunya basah. Ia tak menyahut hanya mengangguk.mengambil buku-buku iqro yang sudah akukumpulkan dan memasukknya kembali ke plastik sekali lagi mengucap maaf lalu pergi.

Wanita sholehah itu ternyata memiliki TPA dan satu kampus denganku  dan dia juga yang menyukai karya tulisku sehingga mengoleksi dan menyimpannya memenuhi rak bukunya. Begitulah yang aku dengar zaki yang sudah dekat dengannya krena sama-sama menjadi panitia di acara Islamic festival.

Setiap kali kami bertemu,buru-buru kami menunduk. Ahh perasaanku saja mungkin saja dia melakukannya pada semua pria ghadul bashar karena aku tak pernah punya nyali untuk memperhatikannya ketika bertemu siapa-siapa, pasti akulah yang mengalihkan pandangan meskipun dari kejauhan.

Pernah di suatu hari aku sudah berniat untuk menikah dan mengkhitbah hasya.tapi niatku ku urungkan karena umurku masih sangat muda waktu itu, dan juga masih kuliah belum berpenghasilan yang banyak, masih mengandalkan honor dari karya tulisku,di tambah lagi harus melunasi biaya operasi kanker Rahim ibu saat ini.

Sejak hari keberangkatanku dari rumah menemani ibu sampai selesai operasi, aku seperti mendapat energi berkali-kalilipat dari biasanya.mendapat energy untuk menulis lebih giat,membongkar pasang macam-macam alat eletronik yang di titipkan teman-teman kepadaku.sebagian uang kukirimkankepada ibu dan sebagiannya ku sisihkan untukkuliah.

Akibat semangatnya mencari uang alu mencoba profesi lain.mencoba membuka lapangan kerja sendiri.membuka perpustakaan, menyewakan buku di sekitar kampus.ide bagus!

Kenalan-kenalan dari penerbit buku juga dengan senang hati siap mengsponsori usaha baruku. Perpustakaan pribadi itu ku namakan Al-Fatih.nama dari seorang tokoh yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Yang berhasil membawa umat islam dalam kemengan menaklukkankota konstantinopel yang jaya dalamcatatan sejarah pemuda islam.dan semakin hari omset perpustakaan itupun semakin meningkat.

***

hari ini. Akhirnya waktu itupun tiba.aku telah menyelesaikan segala urusan mahasiswa tingkat akhir sudah pula menyelesaikan seminar dan sebagainya. Tinggal menunngu prosesi wisuda.

Sudah saatnya aku menceritakn perasaanku ini kepada ibu, perasaan yang selama ini aku pendam. Dan selama itu pula aku selalu menjaga hati ini untuknya.

Tuuutt..tuuuttt..hubungan telepon ibu lama sekali tersambung,aku semakin tak sabar, hingga akhirnya.

“assalamualaikum”

“waalaikumsalam. Hadwan, anakku,” suara ibu parau. lalu diam, sepi beberapa lama.

“kau sudah melalui sidangmu nak? Ibu senang.” Lalu diam lagi. Ibu sangat terharu.

“IP-mu cumlaude  ya nak? Ibu bangga.”

Aku hanya mengangguk-angguk. Entahlah, perasaanku tidak beraturan. Jantungku berdebar dengan sangat keras. tidak sabar untuk segara menceritakan tentang gadis sholihah itu kepada ibu.

“ibu menantikan hari ini nak…”

Hadwan pun sangat menantikan hari ini bu..

“bolehkah ibu meminta sesuatu?”

Tak sampai satu detik,”tentu, tentu, ibu.. apapun itu Hadwan akan penuhi.”

“Ibu ingin kamusegeramenikah, nak.”

Deg!! Ibu seperti mengetahui isi pikiranku.

“kau sudahmenemuka putri itu?”

Aku semakin gemetaran.

“kau sangat pemalu,nak.” Suara ibu menjadi gembira.

Tapi, tenanglah..ibu sudah menemukannya. Dia gadis yang cantik,baik,ramah,berpendidikan, dan yang terpenting dia pandai mengatur uang, dia lulusan ekonomi, suara ibu berubah girang. Sedangkan aku, perasaanku sudah tak karuan.

“kau memang benar-benar pemalu. Ahh..sudahlah ibu sudah menceritakan tentangmu kepadanya,Hadwan. Kau tahu dia juga tipe perempuan yang tidak memilih milih pasangan, sama seperti kamu nak. Dan dia juga sudah menyetujui untuk menikah denganmu.”

Rabbi…

Ibu masih berucap-ucap panjang lebar, entah apa lagi  yang di ucapkan.aku sudah tak kuasa lagi untuk mendengarnya. Hingga ibu kembali berkata,

“aku begitu dekat dan cocok dengannya. Kau bersedia menikah dengan wanita pilihan ibu?”

Mungkinkah..mungkinkah aku menolak kainginan ibu dan melupakan dia yang selama ini aku kagumin. Sementara sebelum satu jam tadi bibi memeberitahukan  sakit kanker ibu sudah mencapai stadium empat. Dan sekarang masih terbaring di rumah sakit.

Yahh,,dalam hidup, kadang kita harus menerima bahwa tidak semua harapan jadi kenyataan. Dan yang di butuhkan adalah kerelaan dan keikhlasan. Karena apapun yang di gariskan Allah untuk kita itulah yang terbaik.

Kembali ke kampung halaman dan merajut cinta bersama wanita pilihan ibu,itulah pilihan terakhirku. Tak ada apapun yang yang lebih membahagiakan di dunia ini kecuali melihat mereka yang di cinta berbahagia. Ibu, dialah malaikat pelindungku selama ini.

“Aku ikhlas yaa rabb..” lirihnya dalam hati.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengagum rahasia

Pengagum   Rahasia Malam itu sedingin malam ini. Rintik gerimis juga menyapa sekaku ini. Tapi, aku tersenyum saja. Kilat-kilat menantang di ...